Ada VW Kodok Listrik di IEMS 2019, Karya Anak Bangsa
Gelaran Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2019 diramaikan berbagai produk menarik. Salah satunya modifikasi Volkswagen Beetle klasik milik Rudi Susanto. Tak lagi bermesin konvensional, mobil yang biasa disebut VW kodok itu kini ditenagai motor listrik.


a sengaja mengubah mobil klasik ini, lantaran ingin mendukung program kendaraan listrik di Indonesia yang tingkat polusi sudah sangat tinggi. Selain itu, tindakan ini dapat menyelamatkan keberadaan mobil-mobil klasik.
Butuh waktu lama untuk mengonversinya. Prosesnya dibantu AutoLube Motorsport selama enam bulan. Di balik kap mesin yang berada di belakang terdapat motor listrik bertenaga 50 HP. Ia mengambil daya dari baterai lithium iron phosphate berkapasitas 40 kWh. Untuk pemasangannya, dikatakan tidaklah sulit, karena kebanyakan komponen bersifat plug&play.

“Pada prinsipnya hanya perlu adaptor untuk menghubungkan motor ke gearbox. Untuk ruang yang sempit, sudah disesuaikan ukuran motornya,” jelasnya di Jakarta, Rabu (04/09).
Dengan spesifikasi di atas, Rudi mengaku mobil ini dapat melaju sejauh 150 km. Itu tergantung kondisi jalan. Sementara pengisian baterai membutuhkan waktu 4 sampai 5 jam dari posisi habis ke penuh. Proses chargingnya dibuat tak sulit, bahkan dapat memanfaatkan listrik dari rumah dengan daya 4.000 watt. Di booth-nya ditampilkan mobil itu tengah memanfaatkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU)

Pengubahan dari mesin berbahan bakar minyak ke listrik diakuinya lebih efisien. Ia dapat mengurangi biaya perawatan dan operasional secara signifikan dibanding model Internal Combustion Engine (ICE). Soalnya pengguna tidak perlu memikirkan biaya penggantian pelumas mesin.
Menariknya, sistem elektrifikasi ini bisa diaplikasikan pada mobil lain. Pada dasarnya perangkat itu bersifat universal, tapi tetap perlu mempertimbangkan ruang yang tersedia dan adaptor.

Lantas berapa biaya yang dikeluarkan? Sayang, ia tak mengungkapkan berapa tepatnya dana yang dikeluarkan untuk mentransformasi VW kodok ini. Namun, ia memberikan gambaran untuk membangunnya di kisaran Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar. Hal itu disebabkan motor elektriknya yang tergolong masih mahal.
Karenanya Rudi berharap pemerintah mau membantu, agar harganya bisa terjangkau. Tak hanya itu, infrastruktur juga perlu digenjot agar dapat mencukupi kebutuhan penggunanya untuk mengisi baterai di mana saja. Soalnya, pengisian sumber daya dengan posisi nol atau habis akan memakan energi yang cukup besar.


Tidak ada komentar